Memang semula Mas Wahyu beranggapan, bahwa dengan mengikuti latihan pencak silat SH Terate, dia akan mendapatkan ilmu kanuragan, yang diartikannya sebagai sebuah kesaktian. Dia mendapatkan pencerahan tentang hakekat ilmu SH Terate, saat Mas Wahyu melakukan silaturahmi kepada tokoh-tokoh sepuh baru SH Terate, dintaranya RM. Imam Koesoepangat, Mas Tarmadji Boedi Harsono, dan Mas Murhandoko di Madiun, hingga ke Malang untuk meminta wejangan dari Mas Harsono, putra pendiri PSHT, Ki Hadjar Hardjo Oetomo.
Setelah mendapat wejangan dari para tokoh sepuh PSHT, barulah Mas Wahyu menyadari bahwa kesaktian yang didapat dari pelajaran SH Terate bukanlah kesaktian seperti pada film-film laga, namun kesaktian dalam menyadari makna hidup dan kehidupan. “Jika kita mampu menjalani hidup dengan penuh kesadaran, maka kita akan mampu bertahan dalam setiap cobaan. Hal itu seperti diwejangkan oleh Mas Imam Koesoepangat, Sepiro gedene sengsoro yen tinompo Among Dadi Coba,” terang Mas Wahyu.
Setelah mendapat wejangan dari para tokoh PSHT dan benar-benar memahami tentang hakekat ilmu SH Terate. Pada tahun 1981, Mas Wahyu mulai menyambung silaturahmi dengan sedulur-sedulur PSHT yang ada di Bojonegoro.
Akhirnya bersama Mas Suryono BEI, Mas Sutrisno, dan Mas Sriyanto, Mas Wahyu mulai membuka tempat-tempat latihan di beberapa desa dan kecamatan, lalu merintis membangun cabang SH Terate di Bojonegoro.
Upaya Mas Wahyu dan warga SH Terate lainnya untuk membangun organisasi PSHT di Bojonegoro yang mantap dan diperhitungkan, bukanlah sebuah pekerjaan yang ringan. Berbagai tantangan dan persoalan sosial muncul, namun berkat istiqomah dan berpegang pada prinsip-prinsip ajaran SH Terate yang lebih mengedepankan persaudaraan, semua masalah yang muncul dapat diselesaikan dengan damai.
Meskipun menjadi salah satu pemrakarsa terbentuknya PSHT di Bojnegoro, Mas Wahyu mengawali kiprah dalam organisasi PSHT Bojonegoro, mulai dari bawah. Yakni menjadi pengurus Ranting, kemudian dipercaya oleh saudara-saudara seperguruannya untuk menjadi Ketua Ranting Kota, lalu masuk dalam jajaran pengurus cabang, menjadi wakil ketua I, sekretaris, dan pada tahun 2003 dipercaya untuk menjadi Ketua Cabang PSHT Bojonegoro hingga saat ini. Hal itu sesuai dengan wejangan orang tuanya yaitu R. Djiwoto yang selalu mengingatkan bahwa perjalanan hidup seorang manusia itu untuk mencapai kemulyaan harus mulai proses dari bawah.

